close
Banner iklan disini
..::: ..::Semoga Di Awal Tahun ini - Banyak Manfaat Yang kita Dapatkan..::..Selamat Datang Di ITBI..::..AYO GABUNG BERSAMA ITBI..::..Ikatan Terapis Bekam Indonesia..::..Bagi Anggota ITBI ketika mendaftarkan diri dan belum melampirkan fotocopy KTP dan surat Pernyataan Keanggotaan , Mohon mengirimkan secepatnya ke alamat email : informasi.online@yahoo.co.id..::..Belum Menjadi Anggota ITBI...?, Silahkan Daftar Di sini....... .::. Bantu Kami Dalam Mendakwahkan Pengobatan Islam dengan Menebar Link WWW.i-tbi.org di blog dan Website Anda, Serta Menebarkan LINK LOGO ITBI..::..Semoga Allah SWT Membalas kebaikan semua.AMIN ...::..Bagi yang telah mendaftarkan diri sebagai Anggota ITBI secara Online dan Belum melampirkan nomor urut ATM, tanggal dan jumlah tranfer atau nomor bukti cetak bukti setoran tunai, dimohon melampirkannya agra sertifikat keanggotaan dapat dibuat dan dikirimkan....:::...Bagi Anggota yang membutuhkan Rekomendasi ITBI silahkan kirimkan via email surat permohonan Rekomendasi dari ITBI

Tradisi Minum Teh di Indonesia

Menurut Indrakarona Ketaren, Ketua Gastronomi Indonesia, masyarakat Indonesia sudah menjadikan minum teh sebagai sebuah tradisi turun menurun.

Tradisi minum teh ini awalnya hanya dimiliki kalangan bangsawan, tapi kemudian sudah menjadi kebiasaan masyarakat luas.

Teh pertama kali dikenal pada 1686, yakni ketika warga kebangsaan Belanda, Dr. Andreas Cleyer membawa tanaman tersebut ke Indonesia sebagai tanaman hias.

Pada 1782 Pemerintah Belanda mulai membudidayakan tanaman teh utamanya di Pulau Jawa dengan mendatangkan biji-biji teh dari Tiongkok.

Semenjak itu, dimulailah kebiasaan untuk minum teh di negeri ini, terutama di Jawa.

1. Teh Poci di Jawa
Khusususnya di Cirebon, Slawi, Tegal, Brebes, Pemalang, dan sekitarnya, budaya minum teh menggunakan teh wangi melati yang diseduh di dalam poci bersamaan dengan gula batu sebagai pemanis, setelah itu teh dituang ke gelas-gelas kecil.

Tradisi ini disebut “Teh Poci”.

Uniknya, penikmat teh ini hanya dibolehkan menambahkan gula batu, tetapi tidak boleh mengaduknya.

Mengapa? Ternyata hal ini memiliki asal-usulnya tersendiri, yakni hidup ini memang pahit pada awalnya, tapi jika ingin bersabar maka kita akan mendapatkan manisnya.

Jadi, gula dibiarkan mencair dan menyebarkan manisnya dengan sendirinya.


2. Nyaneut di Sunda
Biasanya Nyaneut dilakukan saat menyambut malam Tahun Baru Islam.

Nyaneut sendiri merupakan singkatan dari Nyai Haneut atau Cai Haneut yang berarti air hangat.

Tradisi minum teh ini pun memiliki tata cara, yaitu sebelum meminum teh, kita harus memutar gelas teh di telapak tangan sebanyak 2 (dua) kali.




Kemudian, aroma teh harus dihirup sekira 3 (tiga) kali dan barulah teh boleh diminum.




BACA JUGA : 4 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Menyeduh Teh. Sudahkah Kamu Melakukannya?




3. Patehan, Keraton Yogyakarta

Tradisi Patehan tidak bisa dilakukan oleh siapa saja, hanya boleh dilakukan oleh lingkungan keraton.
Nama “Patehan” itu sendiri diambil dari tempat tradisi ini dilakukan, yakni di Bangsal Patehan.
Prosesi tradisi ini dilakukan oleh 5 (lima) perempuan dan 5 (lima) pria yang berpakaian adat Jawa dalam meracik dan menyajikan teh lengkap dengan makanan ringan yang dikhususkan untuk raja, keluarga, dan tamu keraton.


4. Nyahi di Betawi

Sajian teh ala Betawi ini dilakukan di pagi maupun sore hari.
Biasanya cenderung ringan alias tidak seberapa kental dengan citarasa yang mengarah ke tawar.
Konon kata "Nyahi" sendiri berasal dari budaya Arab, dari kata "Syahi" yang artinya teh.

Ada pula yang mengatakan budaya ini diadaptasi dari budaya minum teh di Tiongkok.
Kegiatan Nyahi biasanya dilakukan bersama keluarga atau teman pada sore hari beberapa jam usai waktu makan siang.

Yang diminum adalah teh tubruk, yakni minuman dari daun teh kering yang langsung diseduh tanpa disaring, ditaruh dalam teko kaleng blibrik atau teko berbahan kuningan.

Tradisi minum teh gaya Betawi biasanya dinikmati dengan gula kelapa.
Pemanis tersebut akan digigit terlebih dahulu, dilanjutkan dengan menyeruput teh hangat.
Nyahi yang sesungguhnya di sebuah keluarga Betawi, bukan menggunakan perlengkapan teh porselen atau keramik.

Melainkan memakai gelas bermotif bunga warna "ngejreng" (gelas kampung), atau gelas belimbing dengan beralaskan cawan kecil agak cekung.

Sambil menyeruput teh panas biasanya ditemani camilan, seperti jalabia, cucur, talam, ape (pepe), apem, wajik sambil ngupas kacang tanah, pisang atau jagung rebus.

Previous
Next Post »
Comments
0 Comments
Loading...